PEMERINTAHAN - Bayangkan sebuah negeri dengan tanah yang begitu subur hingga tongkat kayu pun bisa tumbuh menjadi pohon. Lautnya melimpah dengan ikan, buminya kaya dengan emas, batu bara, dan nikel. Negeri ini adalah Indonesia, sebuah anugerah Tuhan yang menyimpan sumber daya alam luar biasa. Namun, pertanyaan mendasar yang terus bergema adalah: apakah kekayaan alam itu benar-benar sudah mampu mengangkat derajat hidup rakyatnya?
Seorang pemimpin, lebih dari sekadar simbol kekuasaan, adalah penggerak perubahan. Seharusnya, pemimpin Indonesia tidak hanya melihat kekayaan alam sebagai angka di neraca ekonomi, tetapi sebagai peluang nyata untuk menciptakan kesejahteraan bagi setiap warganya. Kesejahteraan rakyat, sejatinya, adalah ujian sejati bagi kompetensi seorang pemimpin.
Mari kita renungkan. Apa artinya tambang emas terbesar di dunia jika masyarakat di sekitarnya masih hidup dalam kemiskinan? Apa artinya ekspor batu bara terbesar jika listrik di desa-desa terpencil masih mati-mati? Apa gunanya ladang sawit yang luas jika petani kecil justru tersingkir? Pemimpin yang kompeten tidak akan berhenti pada eksploitasi sumber daya, tetapi akan memutar otaknya untuk memastikan hasil bumi itu kembali kepada rakyat dalam bentuk pendidikan yang berkualitas, layanan kesehatan yang terjangkau, dan infrastruktur yang memadai.
Kekayaan Alam Bukan Akhir, Melainkan Awal
Mengelola kekayaan alam adalah seni—seni menyeimbangkan eksploitasi dengan pelestarian, keuntungan dengan keadilan, kemakmuran dengan keberlanjutan. Di sinilah peran seorang pemimpin diuji. Bukan sekadar soal menaikkan pendapatan negara, tetapi bagaimana pendapatan itu dialokasikan untuk mengubah hidup masyarakat menjadi lebih baik.
Misalnya, sektor pertambangan. Pemimpin yang kompeten akan memastikan perusahaan tambang tidak hanya membayar royalti, tetapi juga berinvestasi dalam pembangunan masyarakat sekitar. Mereka akan memastikan bahwa lahan yang rusak direhabilitasi, bahwa masyarakat lokal diberdayakan, bukan dikesampingkan.
Di sektor pertanian, pemimpin yang hebat tidak akan membiarkan petani kecil berjuang sendiri melawan tengkulak atau harga yang tidak stabil. Mereka akan mendorong inovasi teknologi, memberikan akses pasar, dan memastikan petani mendapatkan harga yang adil. Kekayaan alam, seperti hasil bumi, harus menjadi penopang ketahanan pangan, bukan sekadar komoditas ekspor.
Baca juga:
Profil Aceh Tamiang
|
Kesejahteraan Rakyat Adalah Cermin Kepemimpinan
Pada akhirnya, kesejahteraan rakyat adalah cermin dari kompetensi seorang pemimpin. Indikator keberhasilan tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi dari seberapa banyak anak-anak yang bisa sekolah tanpa takut biaya, seberapa mudah orang tua mendapatkan layanan kesehatan, dan seberapa makmur kehidupan petani, nelayan, dan buruh.
Pemimpin yang visioner akan berani berpikir jauh ke depan. Mereka akan menciptakan kebijakan yang bukan hanya memanfaatkan kekayaan alam, tetapi juga mempersiapkan masa depan ketika sumber daya itu habis. Investasi dalam sumber daya manusia, teknologi hijau, dan diversifikasi ekonomi adalah tanda seorang pemimpin yang berpikir panjang.
Harapan bagi Pemimpin Masa Depan
Indonesia butuh pemimpin yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga tangkas bekerja. Pemimpin yang memahami bahwa kekayaan alam adalah amanah, bukan hak istimewa. Pemimpin yang mampu mengubah potensi menjadi realita, dan realita menjadi kesejahteraan bagi rakyat.
Ujian sesungguhnya bagi seorang pemimpin adalah apakah ia mampu berdiri di tengah rakyatnya dengan hati nurani yang teguh, mengupayakan kesejahteraan yang merata. Bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk semua, dari Sabang sampai Merauke.
Baca juga:
Profil Aceh Tengah
|
Karena pada akhirnya, sejarah akan mencatat, bukan seberapa besar kekayaan alam yang kita miliki, tetapi bagaimana kekayaan itu diubah menjadi kebahagiaan rakyat. Dan itulah warisan terbesar seorang pemimpin: rakyat yang sejahtera, bangga, dan mandiri. Karena kesejahteraan rakyat adalah bukti nyata keberhasilan seorang pemimpin.
Jakarta, 29 Desember 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi